[BERITA365]
BELAWAN | PortalIndonesiaNews.Net – Dugaan praktik kotor mafia solar kembali mencuat di Kota Medan, khususnya di kawasan Belawan. SPBU Singapore Station 14.204.129 yang berada tepat di depan Kantor Pelindo Pelabuhan Belawan, diduga kuat menjadi markas permainan mafia minyak dengan dalang berinisial ‘AN’.
Modusnya oprandinya pun terbilang licik. Beberapa truk bak kosong yang sudah dimodifikasi khusus untuk mengelabui Aparat Penegak Hukum (APH) dan masyarakat terlihat hilir mudik dengan pola mencurigakan. Investigasi yang dilakukan sejumlah awak media menemukan fakta bahwa truk-truk tersebut menggunakan barcode gonta-ganti dan bahkan berganti plat nomor hingga tiga kali, padahal kendaraan yang digunakan tetap sama.
“Jelas ini permainan mafia solar yang sudah terorganisir. Barcode bergonta-ganti, truk kosong bolak balik isi solar, ini bukan hal biasa,” tegas Bung Joe, jurnalis muda Unit Polda Sumut yang turun langsung ke lapangan.
APH dan Pertamina Diduga Tutup Mata
Yang lebih memprihatinkan, Bung Joe mempertanyakan diamnya aparat kepolisian serta pengawas Pertamina.
“Ini ada apa dengan APH? Kok diam saja? Apakah sudah ada ‘anggaran stabil’ sehingga dibiarkan? Kami minta tegas agar Kapolda Sumut Irjen Pol Whisnu Hermawan, Plt Kapolres Pelabuhan Belawan AKBP Wahyudi Rahman SH, SIK, serta Pengawas Pertamina Sumut segera turun tangan memeriksa SPBU 14.204.129. Kalau memang benar jadi sarang mafia solar, tutup dan tangkap pelakunya!” ujarnya lantang.
Identitas Mafia Sudah Kantong
Kecurigaan publik semakin kuat setelah sejumlah warga yang diwawancarai awak media menyebut bahwa truk-truk tersebut adalah milik mafia minyak ‘AN’ dengan pengawas lapangan berinisial ‘JP’. Keduanya disebut memiliki gudang penyimpanan solar di kawasan Gudang Kapur dan pinggir Tol.
“Nama-nama sudah ada, bukti lapangan sudah jelas, sekarang tinggal keberanian aparat saja untuk bertindak,” kata seorang warga sekitar yang enggan disebut namanya.
Manajer SPBU Bungkam, Kian Menimbulkan Kecurigaan
Manajer SPBU bernama (‘RZ’) juga menjadi sorotan. Saat dikonfirmasi lewat sambungan WhatsApp, ia memilih bungkam seribu bahasa. Bahkan, staf lapangan berinisial ‘AL’ memberikan jawaban yang terkesan mengelak.
“Kami tidak tahu, kami hanya anak buah. Nanti saya sampaikan ke pak Rizki,” ucapnya.
Namun, saat ditanya lebih lanjut, staf itu justru mengatakan, “Bapak sudah pulang dari tadi,” padahal saat itu masih jam kerja operasional pukul 15.30 WIB dengan antrean panjang truk pengisi solar. Fakta ini semakin menambah tanda tanya besar atas keterlibatan pengelola SPBU.
Kerugian Negara dan Tantangan bagi Penegak Hukum
Pengisian solar dalam jumlah besar di luar batas normal — bahkan mencapai tiga kali isi 200 liter lebih dalam sehari untuk satu truk — jelas merupakan penyelewengan kuota BBM subsidi. Praktik mafia semacam ini tidak hanya merugikan masyarakat kecil yang membutuhkan BBM subsidi, tetapi juga merugikan negara dengan potensi kebocoran miliaran rupiah.
Sejumlah tim media berjanji akan terus melakukan investigasi mendalam terhadap mafia solar ini. Identitas pelaku sudah dikantongi, bukti di lapangan semakin menguat, tinggal menunggu keberanian APH dan pengawas Pertamina untuk bertindak tegas.
“Kalau aparat tidak bergerak, jangan salahkan publik menilai hukum hanya tajam ke bawah, tumpul ke atas,” pungkas Bung Joe.
Ret/Time